Oleh : Mujibuddakwah, M. Pdd., CH., CHt
Dear Parent Think
Anak adalah cermin yang tak pernah berbohong. Mereka memantulkan setiap sikap, kata, bahkan emosi yang kita hadirkan dalam keseharian. Saat suara kita meninggi, sering kali mereka merunduk dengan wajah ketakutan; itulah bayangan dari amarah yang kita lepaskan. Saat kita mampu menahan diri dengan kesabaran, senyum mereka kembali merekah, memantulkan ketenangan yang sesungguhnya kita sendiri rindukan. Anak-anak bukan sekadar penerima arahan, tetapi juga penunjuk jalan yang tanpa sadar menyingkap siapa diri kita sebenarnya.
Pengasuhan sering kita pahami hanya sebagai proses membentuk, mendidik, dan mengarahkan anak agar tumbuh menjadi pribadi yang baik. Namun, sesungguhnya, dalam setiap interaksi, kitalah yang sedang dibentuk. Anak-anak mengajarkan kita bagaimana mengelola emosi, bagaimana menghadirkan kelembutan di tengah penat, dan bagaimana memberi cinta tanpa syarat. Mereka mengingatkan bahwa sabar bukan hanya kata indah yang kita ucapkan, melainkan latihan nyata yang harus diwujudkan setiap hari.
Ketika anak melakukan kesalahan, sesungguhnya itu kesempatan bagi kita untuk menilai diri: apakah kita akan meledak dalam kemarahan, atau memilih menjadi teladan dalam pengendalian diri. Anak-anak mungkin tidak selalu mendengar apa yang kita katakan, tetapi mereka tidak pernah gagal meniru apa yang kita lakukan. Jika ingin mereka tumbuh dalam kebaikan, maka cermin pertama yang harus kita benahi adalah diri kita sendiri.
Pengasuhan dengan hati berarti berani bercermin pada anak-anak. Melihat sisi rapuh diri kita yang masih sering terluka, sisi egois yang masih ingin dituruti, dan sisi penuh cinta yang sebenarnya tak pernah habis. Anak-anak mengajak kita bertemu kembali dengan bagian-bagian diri yang lama terlupakan, yang masih membutuhkan pelukan, pengertian, dan kasih sayang. Dengan menyadarinya, kita belajar bahwa mendidik anak adalah perjalanan mendidik diri sendiri.
Maka, mari jalani pengasuhan bukan dengan beban, melainkan dengan kesadaran. Setiap tangisan, tawa, dan pertanyaan polos anak-anak adalah pesan agar kita kembali belajar menjadi manusia yang lebih utuh. Dengan begitu, anak tidak hanya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tetapi kita pun bertumbuh menjadi orang tua yang bijak. Karena pada akhirnya, mengasuh anak bukanlah tentang seberapa sempurna mereka terbentuk, melainkan seberapa tulus kita berani bercermin, memperbaiki diri, dan menghadirkan cinta dalam setiap langkah pengasuhan.